SDII AL ABIDIN BOYOLALI
SDII AL ABIDIN BOYOLALI

🌷 Ayah bunda, anak-anak kita mempunyai sifat yang berbeda karakter yang berbeda, kemampuan yang berbeda, potensi yang berbeda. Namun terkadang kita melupakan hal tersebut sehingga ketika melihat salah satu anak kita yang mempunyai kekurangan, kita membandingkannya dengan maksud memotivasinya.
Misalnya, “kamu ini mbok ya rajin belajar seperti adikmu itu. Enggak main terus”.
Atau,” Kamu ini selalu membantah kalau dibilangin. Lihat tuh Kakak.. kalau dibilangin nurut”
Atau kita bandingkan dengan temannya,”
‘ Lihat tu.. Alif saja bisa jadi juara. Lha kamu..gimana bisa dapat juara kalau game terus” Jika kita membandingkan anak kita dengan anak yang lain bahkan dengan saudaranya sendiri, akan menimbulkan kekecewaan pada anak, rasa minder, tidak percaya diri dan merasa disepelekan Tentu saja hal ini tidak baik untuk perkembangan psikologis anak. Bahkan membandingkan anak ini termasuk bullying psikologis . Dan tentu saja akan berpengaruh terhadap keharmonisan antara kakak dengan adiknya.

🌷 Ayah Bunda, ada sebuah kisah hikmah yang bisa kita jadikan teladan bagaimana kita harus berhati-hati dalam membandingkan anak.
Dikisahkan suatu hari cucu Rasulullah, Hasan dan Husein berlomba menulis dengan indah. Kemudian mereka bertanya kepada kakeknya siapa yang tulisannya lebih indah. Karena saking sayangnya Rasulullah kepada kedua cucunya beliau tidak tega membandingkan. Kemudian beliau meminta cucunya untuk bertanya kepada sang ayah yaitu Ali Bin Abi Thalib. Ketika ayahnya ditanya beliau pun tidak tega untuk membandingkan kedua anaknya. Beliau pun kemudian meminta kedua putranya untuk bertanya kepada ibunya yaitu Fatimah. Fatimah sangat memahami mengapa ayahnya dan suaminya tidak tega membandingkannya. Tidak lain tidak bukan karena cinta yang luar biasa kepada Hasan dan Husein. Dengan bijaksana Fatimah mengalihkan perhatian mereka dengan mereka disuruh berlomba menghitung batu-batu kecil yang ia keluarkan dari genggamannya. Maka Hasan dan Husein dengan serta merta meletakkan tulisan mereka dan dengan riang menghitung batu-batu kecil itu. Akhirnya mereka melupakan pertanyaan mereka. Masyaallah..

🌷Ayah bunda, berikut tips agar kita bisa membandingkan cara bijaksana :
1. Bandingkan anak dengan dirinya sendiri di masa lalu.
Ajak anak melihat kebaikan dirinya di masa lalu dan di masa sekarang misalnya,”Kakak dulu kalau disuruh ke masjid susah banget. Alhamdulillah.. Sekarang hebat ! Begitu dengar adzan sudah langsung ke masjid”. Pujian ini untuk mengikat hati anak dalam kenyamanan. Jika anak sudah dalam kondisi nyaman baru kita sampaikan poin selanjutnya.

2. Ceritakan pembanding dengan tokoh fiktif.
Misalnya anak kita mudah marah. Maka ceritakan tentang anak yang sabar dalam dongeng. Karena tokohnya fiktif anak tidak merasa dibandingkan. Ia akan menikmati dongeng itu sebagai hiburan yang menyenangkan. Namun hikmahnya akan ditangkap oleh anak.

3. Bandingkan dengan kejadian dimasa lampau.
Misalnya jaman kakek neneknya. Anak- anak kala itu mempunyai tradisi yang sangat nurut dan sopan dengan orangtuanya. Kisah real di masa lampau akan menjadi cerita yang menarik untuk anak kita, yang tanpa sadar ia akan mengambil hikmahnya dengan membandingkan dengan dirinya sendiri pada masa kini.

🌷Ayah bunda. Anak mempunyai harga diri. Kita juga tidak mau jika dibandingkan dengan orang lain. Demikian pula anak kita. Harga dirinya akan jatuh apa bilang dibanding- bandingkan. Hargai perasaan anak kita, Insya Allah dia juga akan menghargai orang tuanya.

#tetapsemangat
#salamparenting

Humas yayasan Al Abidin Surakarta
Bunda Farida Nur’Aini